Graffiti Collection
Best Graffiti
New Graffiti

Thursday, July 8, 2010

ARYA DRESTAJUMENA


ARYA DRESTAJUMENA atau Trustajumena adalah putra bungsu Prabu Drupada, raja negara Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, putri Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandini.
Arya Drestajumena mempunyai kakak kandung dua orang masing-masing bernama; Dewi Drupadi, istri Prabu Yudhistira, raja Amarta, dan Dewi Srikandi, istri Arjuna.
Konon Arya Drestadyumna lahir dari tungku pedupaan hasil pemujaan Prabu Drupada kepada Dewata yang menginginkan seorang putra lelaki yang dapat membinasakan Resi Drona yang telah mengalahkan dan menghinanya.
Arya Drestajumena berwajah tampan, memiliki sifat pemberani, cerdik, tangkas dan trenginas.
Arya Drestajumena menikah dengan Dewi Suwarni, putri Prabu Hiranyawarma, raja negara Dasarna.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra lelaki bernama; Drestaka dan Drestara.
Arya Drestajumena ikut terjun dalam kancah perang Bharatayuda. Ia tampil sebagai senapati perang Pandawa, menghadapi senapati perang Kurawa, yaitu Resi Durna.
Pada saat itu roh Ekalaya, raja negara Parangggelung yang ingin menuntut balas pada Resi Drona menyusup dalam diri Arya Drestajumena.
Setelah melalui pertempuran sengit, akhirnya Resi Durna dapat dibinasakan oleh Arya Drestajumena dengan dipenggal lehernya. Arya Drestajumena mati setelah berakhirnya perang Bharatayuda.
Arya Drestajumena tewas dibunuh Aswatama, putra Resi Drona, yang berhasil menyusup masuk istana Astina dalam usahanya membunuh bayi Parikesit.


RADEN DRUSTAJUMNA

Raden Drustajumna putra Prabu Drupada dari negara Cempalareja. Ia seorang ksatria yang gagah berani. Dalam perang Baratayuda ia memenggal kepala Pendeta Durna untuk memperlihatkan, bahwa ia seorang orang yang berani. Tetapi perbuatan Drustajumna itu mendapat celaan dan dianggap menghina derajat seorang pendeta yang adalah guru sekalian Pendawa dan Korawa. Drustajumna tewas oleh Aswatama sehabis perang Baratayuda. Kepalanya dipenggal selagi ia sedang tidur sebagai pembalasan atas perbuatannya terhadap Durna dan juga sebagai balasan seorang anak kepada bapaknya. Pendeta Durna di dalam pewayangan umumnya dianggap sebagai tokoh hina karena pemihakannya pada Korawa. Tetapi sesungguhnya ia adalah seorang pendeta yang berilmu tinggi yang ditakuti oleh pihak Pendawa dan Korawa, oleh karena ia adalah guru sekalian Pendawa dan Korawa.

Raden Drustajumna bermata jaitan, berhdung mancung, bermuka agak mendongak. Bersanggul gembel. Berjamang dengan garuda membelakang. Bersunting waderan. Berpraba. Berkalung ulur-ulur. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain bokongan raton.


Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka – 1982

(Artikel ini diambil dari http://ki-demang.com/gambar_wayang/index.php?option=com_content&task=view&id=829&Itemid=829).

No comments:

Post a Comment