Graffiti Collection
Best Graffiti
New Graffiti

Monday, October 11, 2010

JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 23: KRESNA DUTA 1

Gambar ilustrasi: Kresna bangkit amarahnya dan berubah menjadi raksasa sebesar gunung, mengamuk di Negara Ngastina.
Pada tragedi ini Drestharastra dan Gendari, kedua orang tua warga Korawa,
gugur tertimpa benteng Baluwarti (karya Herjaka HS 2008). Gambar diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-23-kresna-duta-1/

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (23) Kresna Duta (1)

Kunthi dihadap Karna di Ngawangga. Kresna datang bercerita tentang kepergiannya ke Ngastina sebagai utusan Pandhawa. Dikatakannya bahwa perang Baratayuda sudah diambang pintu, sebab Duryodana tidak mau melepas kekuasaannya atas Negara Ngastina. Kunthi diajak ke Negara Wiratha, sebab semua warga Pandhawa telah berkumpul di negara itu. Kunthi bersiap-siap pergi ke Wiratha. Melihat ibunya Karna menjadi bimbang. Ia berkata kepada Kresna, bahwa ia akan berpihak kepada Pandhawa. Kresna tersenyum, lalu menegur, memperingatkan bahwa Karna telah berjanji akan berpihak kepada Duryodana. Sebagai ksatria Karna harus berpegang kepada janjinya. Karna terpaksa mendengarkan kata-kata Kresna. Kemudian dengan rasa bimbang ia mengantar kepergian ibunya dan Kresna ke Wiratha.

Atas meninggalnya Drestharastra dan Gendari, Pendeta Drona dan Sakuni meminta agar Dursasana mencari korban. Dursasana pergi, kemudian menemukan tukang perahu bernama Sarka dan Tarka. Mereka berdua diminta kesediaannya menjadi korban. Sarka dan Tarka tidak bersedia, tapi mereka berdua dibunuh oleh Dursasana. Terdengar suara, bahwa mereka akan membalas dendam dalam perang Baratayuda. Dursasana tidak gentar, dua mayat tersebut dibawanya ke Ngastina.

Dursasana menghadap raja Duryodana dan memberi tahu bahwa korban telah tersedia. Bathari Durga dan Bathara Kala datang. Raja Duryodana meminta kesediaan mereka berdua untuk membantu perang Baratayuda. Mereka berdua akan mengusahakan dan meminta kurban. Dursasana menyerahkan dua kurban, Sarka dan Tarka. Kemudian Bathari Durga dan Bathara Kala pergi ke Wiratha setelah menerima jenasah Sarka dan Tarka.

Raja Matswapati dihadap oleh Puntadewa, Wrekodara, Arjuna, Nakula, Sadewa serta Resi Janadi, Resi Sagotra dan Bambang Irawan. Kemudian Kunthi datang bersama Kresna. Mereka membicarakan rencana perang Baratayuda. Janadi berkata kepada Matswapati bahwa ia pernah berjanji ingin menjadi kurban menjelang perang Baratayuda. Permintaan Janadi dan dua kawan lainnya untuk menjadi kurban diserahkan kepada Kresna dan Arjuna. Kurban manusia dilaksanakan, dengan permohonan agar Pandhawa menang dalam perang Baratayuda serta warga Pandhawa utuh dan selamat. Tetapi Arjuna lupa mengajukan permohonan untuk keutuhan dan keselamatan putra-putri Pandhawa.

Bathari Durga dan Bathara Kala tiba di Wiratha. Bathara Kala minta kepada raja Matswapati supaya membujuk Padhawa untuk menyerah kepada Korawa. Bila tidak mau menyerah, Pandhawa yang berjumlah lima ditakdirkan menjadi catu makan bagi Bathara Kala. Para Pandhawa tidak mau menyerah. Mereka pun menyerang Bathara Kala. Tetapi tidak seorang pun mampu melawan Bathara Kala.

Kresna naik ke Kahyangan. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Wisanggeni, anak Arjuna. Kresna bercerita tentang Bathara Kala dan nasib keluarga Pandhawa. Wisanggeni tidak jadi ke Wiratha. Ia pergi ke Ngondarandir Bawana untuk menghadap Sang Hyang Wenang.

Wisanggeni menghadap Sang Hyang Wenang, dan meminta keterangan jadi atau tidaknya perang Baratayuda. Sang Hyang Wenang menjawab, perang harus terjadi, dan bila ada penghalang harus dilenyapkan. Wisanggeni memberi tahu bahwa Bathara Kala berusaha mengurungkan perang Baratayuda dengan membujuk agar Pandhawa menyerah pada Korawa. Sang Hyang Wenang berjanji akan menolong Pandhawa, tetapi kelak Wisanggeni tidak diperkenankan ikut menyaksikan perang Baratayuda. Wisanggeni menyanggupinya. Sang Hyang Wenang meminjaminya Gada Intan untuk membunuh Bathara Kala. Setelah menerima Gada Intan, Wisanggeni pergi ke Wiratha. Gada Intan diserahkannya kepada Wrekodara untuk membunuh Bathara Kala.

Wrekodara menemui Bathara Kala. Bathara Kala hendak menerkam Wrekodara, tetapi tubuhnya digores dengan GadaIntan oleh Wrekodara. Ia mati seketika. Gada Intan diserahkan kembali kepada Kresna. Kresna menyamar berujud Bathara Kala, menemui Bathari Durga. Bathari Durga diminta membunuh Pandhawa dengan Gada Intan. Gada Intan supaya disisipkan dalam kain penutup dada. Bathari Durga menerima Gada Intan, lalu disisipkan dalam kain penutup dada. Sewaktu melangkah Bathari Durga jatuh tertelungkup. Dadanya hancur karena Gada Intan. Bathari Durga mati seketika itu juga.

Pandhawa selamat dari ancaman Bathara Kala. Gada Intan dibawa Kresna, kemudian Wisanggeni ditugaskan mengembalikannya kepada Sang Hyang Wenang.

Wisanggeni menghadap Sang Hyang Wenang, mengembalikan Gada Intan dan ingin menepati janjinya. Atas kuasa Sang Hyang Wenang, Wisanggeni kembali ke alam baka.

Raja Duryodana dan warga Korawa tahu bahwa usaha Bathara Kala dan Bathari Durga tidak berhasil menumpas Pandhawa. Para Korawa serentak menyerang Negara Wiratha. Para Pandhawa melawan serangan Korawa. Korawa mundur, kembali ke Ngastina, dan bersiap-siap untuk menghadapi perang besar.

Para Pandhawa dan keluarga Wiratha berpesta keselamatan, bebas dari ancaman Bathara Kala.

(Sumber cerita: “Baratayuda Babak Ke-3, Kresna Duta”. Susunan Bagian Penerangan Panitia Baratayuda, Jogjakarta: NV Badan Penerbit ”Kedaulatan Rakyat”, 1958)

No comments:

Post a Comment