Graffiti Collection
Best Graffiti
New Graffiti

Sunday, October 10, 2010

JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 16: DARI RAMA KE KRESNA

Gambar ilustrasi: Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba ditemani abdi setia.
Hasil dari berguru tersebut, Narayana mendapatkan
Kembang Wijayakusuma dan Panah Cakrabaskara (karya Herjaka HS). Gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-16-dari-rama-ke-kresna/

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (16) Dari Rama ke Kresna

Sementara itu Narayana telah sempurna berguru kepada Bagawan Padmanaba di gunung Giripura. Bagawan Padmanaba menganugerahkan kembang Wijayakusuma dan senjata Cakrabaskara. Kemudian sang bagawan merasuk menyatu dengan Narayana. Setelah menerima senjata sakti itu, Narayana pergi ke gunung Argasonya mencari Kakrasana. Kakrasana telah menerima anugerah dari Kahyangan berupa senjata Nanggala dan Alugora. Bathara Brama memberi mantera Jaladara. Setelah saling bercerita hal perolehan senjata dan kesaktian, Narayana dan Kakrasana kembali ke Widarakandhang. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Nyai Sagopi bersama Bratajaya, Larasati dan Arjuna. Nyai Sagopi bercerita tentang kematian Kyai Anantagopa dan hancurnya Widarakandhang. Kakrasana marah ingin membalas kematian Kyai Anantagopa. Ia tahu bahwa Kangsadewa ingin mengadu manusia melawan jago dari kerajaan Mandura. Narayana ingn melihatnya, maka mereka berangkat ke Mandura.

Harya Prabu Rukma telah mempersiapkan gelanggang adu jago. Orang-orang berbondong-bondong ingin menyaksikan pertarungan jago Kangsadewa dengan jago raja Basudewa. Kangsadewa dan Basudewa duduk bersanding, menyaksikan pertarungan jago masing-masing. Suratrimantra telah naik ke panggung menanti kedatangan Bratasena.

Tak lama kemudian Bratasena naik panggung, maka pertarungan dimulai. Perang belum berlangsung lama, Suratrimantra mati terkena tusukan kuku pancanaka. Lantas Suratrimantra digotong oleh dua abdinya yang bernama Kala Caruna dan Kala Mustika untuk kemudian dimasukkan ke kolam air semangka. Setelah masuk di kolam tersebut Suratrimantra hidup kembali dalam keadaan segar bugar, lalu maju ke gelanggang. Berkali-kali Suratrimantra mati dibunuh oleh Bratasena, tapi selalu hidup kembali. Badranaya mengetahui kesaktian Suratrimantra, lalu menyuruh Arjuna supaya pusaka keris Kyai Pulanggeni dimasukkan ke dalam kolam. Setelah dimasuki Pulanggeni, air kolam mendidih. Dengan demikian akhirnya Suratrimantra tidak mampu hidup kembali. Kangsadewa mengerti bahwa jagonya hancur dalam kolam, lalu meloncat ke panggung.

Kakrasana datang menghadapi Kangsadewa. Kangsadewa menyerang, tetapi Kakrasana menyambut dengan Nanggala dibarengi oleh Narayana yang melepaskan senjata Cakra ke tubuh Kangsadewa. Terkena dua senjata sekaligus, yaitu Cakra dan Naggala, Kangsadewa mati seketika. Dengan matinya Kangsadewa, permusuhan antara Kangsadewa dan Narayana atau Kresna berakhir.

Setelah tenang raja Basudewa menyambut tiga putranya. Kakrasana, Narayana, Bratajaya, Bratasena dan Arjuna diajak masuk ke istana. Harya Prabu Rukma yang mengantarkannya. Raja Basudewa menyatakan kegembiraannya. Kakrasana dan Narayana dipeluknya, dan dipuji kesaktiannya. Arjuna dan Bratajaya di pangkunya. Arjuna duduk di paha kanan dan Bratajaya di paha kiri. Raja Basudewa berkata, Bratajaya jangan bersuami kalau tidak dengan Arjuna. Sejak saat itu Bratajaya dipertunangkan dengan Arjuna. Dengan matinya Kangsadewa, negara Mandura damai, raja mengadakan pesta keselamatan.

Cerita Rama Nitis

Raja Darmakusuma dihadap oleh Wrekodara, Nakula, Sadewa dan Gatotkaca. Raja Kresna datang menghadap bersama Satyaki. Kresna bertanya tentang kepergian Sumbadra dan Srikandi. Raja Darmakusuma menjawab, bahwa kedua iparnya pergi tanpa pamit.

Arjuna juga pergi akan mencari ke dua isterinya. Kemudian Sugriwa, utusan raja Pancawati, datang menyampaikan surat lamaran. Isi surat bermaksud melamar Drupadi, isteri raja Darmakusuma, agar Darmakusuma menyerahkan Drupadi. Drupadi diserahkan Sugriwa lalu dimasukkan dalam kendaga. Kresna mengetahui sikap Darmakusuma lalu menjadi heran. Wrekodara mengetahui hal itu menjadi tidak rela hati. Setelah Sugriwa berada di luar istana, kendaga diminta oleh Wrekodara. Maka terjadilah perkelahian. Gatotkaca berhasil merebut kendaga, lalu diberikan kepada Kresna. Atas siasat Kresna, Drupadi dikeluarkan dari gendaga, Gatotkaca masuk menggantikan Drupadi. Gendaga diberikan kepada Sadewa, lalu dibawa lari. Sugriwa mengejar, dan berhasil merebut kendaga, dan dibawa lari ke Pancawati.

Ramawijaya dihadap Lesmana, Wibisana, Anoman dan para pemuka prajurit kera. Kemudian datang Sugriwa menyerahkan kendaga. Wibisana mengetahui isi kendaga. Kendaga diterima oleh Ramawijaya lalu diserahkan kepada Lesmana. Wibisana menyarankan agar kendaga dipanah dengan pusaka Mertyajiwa. Ketika dipanah dinding kendaga tidak tembus, tetapi Gatotkaca terpental keluar dari kendaga. Gatotkaca lari terbang kembali ke Ngamarta.

Ramawijaya kebingungan karena usaha pengobatan penyakit Sinta gagal. Wibisana menyarankan agar Ramawijaya minta pertolongan kepada Resi Brangtalaras, yang bertapa di Cempakawedhar. Anoman diminta supaya memboyong Resi Brangtalaras. Bila tidak mau supaya dipaksanya. Anoman menjunjung perintah raja, lalu berangkat ke Cempakawedhar.

Resi Brangtalaras dan Resi Brangtapernali tinggal di Cempakawedhar bersama kuda kesayangannya bernama Ciptawilaha. Anoman datang minta kesediaan Resi Brantalaras untuk diboyong ke Pancawati menyembuhkan penyakit permaisuri raja. Sang Resi minta agar Sinta dibawa ke pertapaan untuk diobatinya. Anoman memaksa kehadiran Resi Brantalaras ke Pancawati. Terjadilah perkelahian, Resi Brangtalaras dapat diterkam, dibawa terbang ke Pancawati. Resi Brangtapernali yang naik kuda Ciptawilaha mengejarnya.

Arjuna mencari Sumbadra, dan di tengah hutan dicegat oleh raksasa Kamakragila dan Kamayaksi. Terjadilah perkelahian. Dua raksasa tersebut dipanah, lalu menjelma menjadi Kamajaya dan Dewi Ratih. Kamajaya memberi saran agar Arjuna segera kembali ke Ngamarta. Setelah berpesan Kamajaya dan Ratih kembali ke Kahyangan. Arjuna dan para panakawan berangkat ke Ngamarta.

R.S. Subalidinata (Artikel ini diambil dari

No comments:

Post a Comment