Graffiti Collection
Best Graffiti
New Graffiti

Tuesday, September 14, 2010

DEWI UMA

DURGA adalah penjelmaan Dewi Uma yang dikutuk, diambil dari http://blogmaseko.wordpress.com/page/2/



Lukisan Dewi Uma di Marcapada karya I Made Tubuh, diambil dari http://batuanpainting.com/tubuhdewiuma.htm





Dewi Uma, gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/09/betari-uma/



BETARI UMA

Alkisah terjadilah di Suralaya surga para dewa.. dimana ada pasangan suami istri yang berbahagia, yaitu Betara Guru dan Betari Uma. Betara Guru begitu mencintai istrinya Betari Uma yang sungguh sangat cantik jelita. Semua berjalan begitu indah.



Betari Uma telah menjadi permaisuri dari Batara Guru, atau disebut juga Sanghyang Pramesti.

Namun apa yang tampak begitu indah itu, tidak demikian adanya sebenarnya, bermula dari pertemuan Betari Uma dengan Dewa yang lain yaitu Batara Brahma

Betari Uma yang cantik dan menjadi istri dari seorang dewa yang mulia dan berkedudukan sangat tinggi itu ternyata masih bisa tergoda oleh Batara Brahma.

Sang Batara Brahma yang melihat begitu Cantiknya Betari Uma bagaikan tersihir dan menerima serta membalas cinta sang Betari Uma. Bagaikan dua buah mahluk yang saling mendambakan …Keduanya menjadi asyik dan lupa diri.

Sang Betari jadi lupa diri, dia sudah tidak ingat lagi siapa dirinya … dia yang seharusnya adalah seorang sosok yang mulia permaisuri seorang Dewa berkuasa Sanghyang Pramesti, Batara Guru. Sang Betari telah lupa pada keagungan dan kesucian dirinya serta tidak lagi mengingat dan mampu menjaga kesetiaannya serta kemurnian Cintanya kepada suaminya.

Suaminya Sang Batara Guru tidak mengetahui hal itu dan merasa semuanya baik-baik saja. Batara Guru adalah Putra Sanghyang WENANG, dan adalah Cucu dari SANGHYANG TUNGGAL, DEWA YANG MAHA TAHU dan MAHA KUASA. Yang berbadankan Alam Semesta, sehingga APA SAJA ..yang terjadi di Alam Semesta akan diketahuinya.. Apa saja yang tidak nampak oleh mahluk lain akan tampak jelas olehnya.

Tidak luput dengan perbuatan selingkuh Betari Uma, Dia pun melihatnya, tidak sedikitpun dosa-dosa Sang Betari Uma terlewat dari pengamatan SANGHYANG TUNGGAL. Maka demi kebaikan dan keadilan yang harus ditegakkan di Alam Semesta SANGHYANG TUNGGAL Memberi tahu kepada puteranya Sanghyang Wenang akan perbuatan istri cucunya sendiri Batara Guru.

Sanghyang Wenang bergegas memberitahukan kepada puteranya terkasih sang Batara Guru akan hal itu dengan sangat hati-hati. Batara Guru menjadi terpana, tidak mau percaya ketika menerima berita dan penjelasan itu.. Hatinya begitu sedih bercampur kecewa, penasaran dan bahkan sangat malu, bagai ditampar mukanya saat menerima penjelasan dari Ayahandanya itu.

Sang Batara Guru yang sedih dan murung itu menjadi sangat Murka tatkala ia dengan tidak sengaja menyaksikan sendiri Isterinya yang sangat dikasihinya sedang terlena dipelukan Batara Brahma di tempat pemandian …Dengan tidak malu istrinya melakukan perbuatan dosa yang membuatnya sangat ternoda dan tidak mulia.

Di mata Batara Guru istri yang sangat dicintainya itu sudah tidak suci lagi, Betari Uma yang cantik telah berlumur noda, dan sangat menjijikkan..

Tanpa disangka-sangka oleh kedua mahluk yang sedang lupa diri itu Sang Batara Guru keluar dan menampakkan diri kedepan mereka dan kedua Dewa dan Dewi terkejut setengah mati dan sibuk merapikan baju mereka yang sudah dalam keadaan terbuka dan sangat tidak pantas.

Sang Batara Guru menatap istrinya dengan mata berkaca-kaca kemudian dia berbicara dengan keras dan berwibawa.

“Dewi Uma !” “Perbuatanmu sungguh sangat memalukan sangat MENYAKITI HATI dan menjijikkan! Tingkah lakumu tak ubahnya seperti Raksasa yang tidak tahu tata krama, kesopanan, Kotor, mengerikan dan sangat jelek rupanya”.

Betari Uma dikutuk menjadi raksasa

Sang Betari Uma yang menyadari kesalahannya saat itu juga sangat menyesal hatinya saat dilihatnya suaminya yang mulia itu. Hatinya menjadi lebih sakit lagi saat dilihatnya mata suaminya yang sangat mencintainya itu berkaca-kaca, tanda begitu kasihnya yang dalam kepadanya.. Mengapa dia begitu gampang tergoda oleh ketampanan Batara Brahma. Kemudian Betari Uma menunduk dan menangis memohon ampun kepada suaminya.

Karena Sang Batara Guru adalah seorang Dewa yang sangat sakti, maka apa saja yang diucapkan sering kali menjadi kenyataaan karena ucapanya sangat MATIH, maka tidak lama setelah ucapan Batara Guru, seketika itu juga terjadi perubahan pada tubuh Betari Uma yang sedang menangis memohon-mohon.

Tubuhnya yang tadinya sangat molek, ramping, cantik semampai pelan-pelan menjadi membesar demikian juga tinggi badannya bertambah jangkung. Badannya menjadi gemuk dan besar. Kain yang tadi pada saat kehadiran Sang Batara Guru yang tiba-tiba dirapikannya dengan cepat-cepat kini terlepas lagi dan dia sibuk memegangi kainnya agar tidak malu. Kini dia tidak berpotongan langsing lagi, lengannya yang lemah gemulai kini menjadi kaku dan kasar seperti lengan kuli. Rambutnya yang dulu hitam legam lurus dan halus sekali berhiaskan hiasan rambut dan mahkota kini tiba-tiba disadarinya telah berubah menjadi keriting ikal, kasar seperti habis tercebur lumpur dan mengering. Bahkan warnanya sekarang tidak hitam lagi melainkan berwarna kemerahan seperti layaknya rambut yang sering terbakar matahari dan tidak memiliki tempat berteduh. Warnanya sangat kusam, tidak bercahaya seperti sabut kelapa.

Sepasang matanya yang dulu sangat indah, mata bening yang dulu sering dipandangi berlama-lama oleh suaminya, mata yang gemerlapan bagaikan Bintang Kejora.. menjadi begitu menyeramkan dengan ukurannya yang besar dan terus melotot tanpa dapat dia kedipkan lagi, dan warnanya sangat merah, seperti warna mata orang yang sedang marah. Itulah yang disebut dengan Mata Barongan.

Demikian juga dengan mulut bibir dan hidungnya, yang tadinya sangat indah mungil dan bentuknya sangat serasi dengan wajahnya yang cantik mendadak berubah dan menyesuaikan diri dengan perubahan kepalanya yang membesar dan matanya yang melotot itu. Hidungnya menjadi bulat besar dan pesek, persis seperti hidung kerbau ,sedang mulutnya berubah menjadi lebar dan besar. Hidungnya kini selalu meneteskan lendir, persis sapi atau kerbau tanpa dapat dia kendalikan lagi.

Dan yang menyeramkan adalah giginya, yang dulu sangat rapi bagaikan mutiara yang diatur berjajar rapi, yang apabila dia tersenyum dan menampakkan giginya, maka orang yang memandangnya akan jatuh hati, karena senyumya, kini menjadi besar-besar dan tidak beraturan serta taringnya yang terus tumbuh memanjang melibihi mulutnya, ada empat taring tajam keluar dari mulutnya. Sekarang setiap orang yang melihat giginya akan bergidik ngeri, apalagi apabila dia tersenyum menyeringai maka orang akan bergetar ketakutan.

Lidahnya pun sepertinya tidak mau kalah ia ikut merusak wajahnya dengan tumbuh memanjang melebihi mulutnya, sehingga lebih mirip binatang anjing. Dewi Uma berusaha untuk menarik lidahnya dan menyimpan di mulutnya, akan tetapi lidah itu serasa tidak muat dimulutnya, dan ingin keluar terus. Akhirnya Dewi Uma kelelahan dan akhirnya membiarkan lidah itu terjulur keluar. Kini lidah itupun selalu meneteskan air liur yang tiada hentinya.

Bibirnya yang dulu indah menawan kini menjadi tebal dan besar, nampak menyebalkan bagi siapapun yang memandangnya, dan kedua bibir itu tidak dapat dikatupkan lagi.

Kuku kakinya yang dulu rapi dan manis kini tumbuh menjadi tebal dan panjang-panjang serta runcing-runcing pula. Kulit tubuhnya yang dulu berwarna kuning langsat, halus dan mulus sangat indah, kini berubah seperti kulit kerbau yang kasar, tebal dan kusam serta berwarna merah kehitaman. Kulitnya itu sekarang seperti mengeluarkan sisik sehingga nampak belang-belang.

Pendek kata sekarang Betari Uma telah berubah menjadi seorang Raksasi (Raksasa Perempuan) yang sangat jelek, sangat mengerikan, kotor serta sangat menjijikkan, persis seperti apa yang dikatakan oleh Sang Batara Guru.

Sang Dewi Betari Uma menangis meraung-raung, menjerit dan memohon-mohon setelah menyadari apa yang terjadi pada seluruh anggota tubuhnya. Bagi seorang Wanita anggota tubuh yang indah adalah suatu kebanggaan, kini tidak ada satupun di tubuhnya yang bisa disebut indah dan menarik.

Ketika Dewi Uma menyadari seluruh kesalahanya dia menangis lagi, apalagi setelah menyadari bahwa Betara Brahma yang telah membuatnya lupa diri telah tidak ada ditempat itu lagi, berarti mereka hanya berdua saja.

“Aduh Gusti, ampuuuuuunnn, ampun Gustiiiiii…. Ampuuuuuuuuuuun, Kanda Hyang Pramesti. Ratapnya. Cabutlah lagi segala kutukan yang sangat menyiksa batin ini. Hamba berjanji dan bersumpah tidak akan mengulangi lagi kesalahan ini.” Pinta sang Betari dengan suara parau, serak dan besar persis seperti suara raksasa. Sungguh tidak enak didengar. Tetapi mencerminkan hatinya yang sangat menyesal.

Setelah menenangkan hatinya Batara Guru berkata ” Maaf Dewi Uma, Aku tidak dapat mencabut kembali apa yang telah keluar dari sabdaku! Aku tidak dapat membebaskanmu dari kutukan yang telah menimpa dirimu itu..! Jawab Hyang Batara Guru.

“Aduh Gusti …….. Kalau begitu bunuh sajalah diri hamba ini, daripada hamba harus menanggung semua ini, Gusti…., Dewi Uma menangis lagi. Kali ini dengan ratapan yang sungguh memilukan hati.

Hati Sang Batara menjadi trenyuh juga ketika mendengar tangisan dan melihat air mata istrinya itu, yang kini telah berubah menjadi seorang raksasi. Penyesalan sang Betari tampak sangat begitu jelas dan tidak dibuat-buat, tetapi memang keluar dari dasar hati nuraninya yang paling dalam… tersentuhlah rasa iba Batara Guru. Sejenak ia memejamkan mata betapapun juga Betari Uma sesungguhnya adalah permaisuri yang sangat dicintai dan disayanginya… mak kemudian berkatalah Batara Guru..

Betari Uma diberi petunjuk dan prasyarat agar dapat terbebas dari kutukan

“Tabahkanlah hatimu , Dewi Uma….Karena kesalahanmu ini engkau harus menjalani hukuman dan hidup di Marcapada…. Nanti setelah dua belas tahun engkau menjalani hukuman itu akan datang seorang Ksatria …… dialah yang akan membantumu, satu-satunya orang yang bisa menolongmu. Dia adalah putera Pandawa yang bungsu … ya hanya dialah yang akan dapat melepaskanmu, membebaskanmu dari segala kutuk dan hukumanmu ini.” Begitu sabda Sang Hyang Batara dengan tenang.

“Duuh …. Kanda Batara …. Ampuuuunnhh…… Ampun Gusti….ampuuuuuun…. apakah tidak ada pilihan lain selain dari hukuman itu yang akan menyiksa dan menghancurkan hati hamba ini….Ratap sang Betari Uma memohon keringanan…

“Tidak ada lagi …..! jawab sang Batara dengan tegas “Tawakal sajalah hatimu, wahai Dewi Uma. Karena hanya itulah yang dapat aku janjikan untuk membantumu! Sebab hanya melalui ksatria itulah kelak aku akan dapat memberikan pertolongan kepadamu . . . !

Betari Uma diusir dari Suralaya dan diperintahkan turun ke Marcapada

“Sekarang segeralah kau turun ke Marcapada!.. engkau boleh membawa pengiringmu, dan di Marcapada engkau hanya boleh tinggal di hutan setra Gandamayu”.

Dalam pada saat Sang Batara sedang memberi wejangan kepada Dewi Uma, dayangnya yang setia seorang bidadari yang selalu menemani melihat seluruh kejadian itu dari tempat tersembunyi.. demi didengarnya tuannya akan diusir dari Suralaya dan disuruh turun ke Marcapada ia tidak tahan dan memunculkan diri seolah tidak mau berpisah dengan tuannya itu.

“Tidak seorangpun boleh tahu kalau engkau adalah istri seorang Batara Guru,…oleh karenanya namamu kini bukan Dewi Uma lagi melainkan adalah Ra Nini…., dan kalau engkau mengajak pengikutmu dia juga harus mengganti namanya menjadi Ni Kalika….” Sabda Hyang Batara Guru sambil menunjuk ke arah bidadari dayang Dewi Uma yang telah memunculkan diri itu. Tiba-tiba saja setelah ditunjuk oleh Batara Guru, ujud dayang itupun berubah menjadi raksasi yang sebesar Ra Nini saat ini.

“Dan … Kau tidak boleh sekali-kali datang ke Suralaya ini sebelum dua belas tahun, dan sebelum ujudmu pulih seperti sedia kala.”

Ra Nini sadar, bahwa sabda suaminya itu tidak dapat diubah lagi dan tak dapat ditawar lagi, maka …dengan hati hancur luluh, penuh penyesalan ia memberi sembah kepada suaminya dan… segeralah ia terbang melayang turun … yang segera diikuti oleh dayang setianya yang kini bernama Ni Kalika…berdua mereka melihat permukaan bumi .. tempat yang akan mereka tinggali selama dua belas tahun. Hatinya yang hancur menyebabkan Ra Nini terbang sambil menangis menyayat hati… hal itu membuat seluruh langit di Marcapada menjadi mendung dan gelap …. dan air mata Sang Betari yang berderai .. menyebabkan hujan terus menerus tiada henti-hentinya selama empat puluh hari empat puluh malam…!

Penduduk Bumi bertanya-tanya apa gerangan yang telah terjadi diatas sana

(Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/09/betari-uma/).

No comments:

Post a Comment